Politik Persaudaraan
|
Oleh: Ahmad Tamimi
(Anggota Bawaslu Kabupaten Indragiri Hilir)
" Politik Itu Untuk Membangun Bukan Untuk Merusak "
Diantara aktivitas manusia yang sering disinari iklim panas adalah wilayah politik. Wilayah ini memiliki relasi erat dengan kekuasaan, kekuasaan yang menjadi pusaran seksi untuk diperebut siapapun termasuk dengan cara apapun. Terlebih disela-sela musim pemilihan kepala daerah saat ini menjadi lahan subur bagi tim dan simpatisan dalam mengkampanyekan jagoannya agar yang diusung dipandang separoh malaikat di persepsi publik, dengan menyampaikan segala kelebihan dan keunikan yang terkadang pula tak jarang terjebak dalam pesan yang tak realistis, rasional dan etis.
Menyampaikan pesan yang tak realistis, rasional dan etis bukan hanya dapat merusak subtansi demokrasi dalam mencari pemimpin terbaik, tapi dalam waktu bersamaan juga menjadi sikap pembodohan public yang berefek pada masyarakat pemilih sesat pilih. Oleh karena itu, aktivitas politik diperlukan bingkai moral yang kuat, politik yang jauh dari bingkai moral cenderung merusak kualitas pemilu dan keutuhan rumah persaudaraan. Hal senada juga telah dirasakan dibeberapa waktu kebelakanagan ini banyaknya perdebatan yang begitu mengusik perasaan, di warung kopi terlebih di media-media yang begitu menyedot energi.
Fenomna ini tak bisa dipandang biasa, karena diukur dari level pemahaman dan budaya politik masyarakat lokal yang masih belum dewasa menyikapi perbedaan dan perdebatan tentu menjadi momok yang akan mengancam semangat ke-kitaan. Jika tidak direm dengan bingkai moral, jelas menjadi bagian fenomena politik yang akan merusak esensi demokrasi yang sebenarnya adalah menghargai perbedaan, memelihara nilai persaudaraan dan kesetaraan.
Pada saat yang sama, demokrasi juga dapat menjadi makna ganda, satu sisi demokrasi ingin membangun persamaan, persaudaraan dan kesetaraan, namun disisi lain justru mengundang potensi gaduh yang mengarah pada disintegrasi. Hemat saya, inilah salah satu cacat bawaan demokrasi, tapi perlu dicermati bahwa pilihan yang baik dari sekian sisitem yang ada di sepanjang sejarah bernegara adalah demokrasi. Oleh karena penguatan kesadaran tentang hakikat berdemokrasi dalam bernegara begitu penting dengan satu keyakinan bahwa demokrasi adalah modal pembangunan untuk sebuah Negara yang penuh keberagaman.
Tanpa penguatan paham kedewasaan dalam kebinnekaan maka akan dapat melahirkan berbagai macam hal yang tak diinginkan termasuk di dalamnya konflik horizontal, karena semuanya dominan berkompetisi dengan semangat yang bertolak ukur atas kepentingan individu dan komunal. Maka, dengan demokrasi semua kepentingan itu diakomodir melalui prosedur hukum dan administrasi serta nilai-nilai keadaban dalam berpolitik, sehingga semua kepentingan itu diajak berdialog untuk mentaatinya. Prosedur hukum, administrasi serta nilai-nilai keadaban itu sekaligus untuk menghindari dominasi yang dapat merusak rasa persamaan dan keadilan, karena dominasi adalah diskriminasi, diskriminasi jelas tidak demokratis.
Maka dalam tatanan peraktek, demokrasi yang dianut tidak cukup hanya dibingkai dengan paham moral dan kebudayaan semata yang cenderung bersifat abstrak, tapi juga harus dibingkai dengan kepastian hukum yang mengatur sikap agar perosesi perhelatan demokrasi yang diselenggarakan mendapat kepastian hukum sekaligus menghasilkan produk politik yang demokratis untuk pembangunan negara bangsa (Nation-state) yang lebih baik. Inilah sebuah cita-cita yang harus terwujud dengan semangat partisipasi dari seluruh elemen bangsa, karena tolak ukur itu bukanlah kepentingan elit atau komunal tapi bangunan cita-cita bersama. Hal ini juga terdapat kesesuaian dengan pemaknaan demokrasi yang berjalan bersamaan dengan partisipasi, tanpa partisipsi, demokrasi akan lumpuh dan tidak lagi dapat menjadi media ampuh untuk pembangunan.
Oleh karena itu, bicara soal bernegara dan berdaerah adalah persoalan cita-cita besar yang harus diletakkan di pundak bersama dan kebaikan bersama. Bicara demokrasi dalam konteks suksesi juga merupakan perhelatan mencari pemimpin terbaik menurut perolehan suara mayoritas. Disini dibutuhkan suportifitas terutama untuk para kontestan pemilu serta simpatisan di dalamnya, karena yang diperjuangkan ini bukanlah cita-cita individu atau kelompok, tapi hajat hidup orang banyak. Permainan mesin slot Book of Dead memiliki konsep dasar gulungan berputar dalam upaya untuk menyejajarkan ikon yang cocok. Dengan begitu, kita cukup bersikap sesuai dengan alur moral dan alur hukum yang mengatur. Jadikan pesta demokrasi sebagai ajang silaturrahmi penguatan rumah persaudaraan, dengan cara terus merenung demokrasi secara makna, mencari pemimpin secara makna sehingga menimbulkan kedewasaan dalam bersikap. Sebab, melepaskan bingkai moralitas dan hukum akan dapat merusak cita-cita bersama.
Saatnya kita mengumpulkan energi untuk membangun ketimbang larut berdebat soal kepentingan dangkal dan sempit. Karena pengalaman dalam berdemokrasi selama ini bahwa energi lebih banyak tersita habis untuk berpolitisasi dan mempolitisasi dalam arti yang pragmatis, padahal politik itu untuk membangun bukan untuk merusak. Saatnya mengembalikan paham politik seperti yang diungkapan Plato yaitu ilmu yang mulia, kemuliaan itu tentu terletak dari peran strategisnya yang secara spontan dapat merubah kemunduran menjadi kemajuan, kelemahan menjadi kekuatan, kemiskinan menjadi kesejahteraan, ini semua tentu harus bermodalkan persatuan. Silahkan berjuangan dengan segala bentuk kepentingan tapi harus diatas kepentingan ke-Tuhanan dan kerakyatan. Mewujudkan kepentingan ke-Tuhanan dan kerakyatan tentu harus dibarengi dengan paham moralitas dan ketundukan terhadap hokum dan keadaban.
Pengembangan paham ini tentu baik dimulai dari level elit partai untuk memberi tauladan berupa sportifitas dan kesantunan dalam berpolitik. Jika dilakukan secara bersamaan dengan berpuasa melakukan maneuver negatif, maka secara otomatis akan terbentuk menjadi bangunan budaya baru dalam wajah perpolitikan kita. Dengan begitu, secara subtansi dapat dikatakan bahwa praktek demokrasi di Indonesia telah berjalan secara dinamis menuju pendewasaan. Karena proses politik yang baik dan wajar akan dapat menjadi saluran baik bagi aspirasi politik rakyat dalam menentukan siapa pemimpin terbaiknya, oleh karena itu jangan dirusak !!!.