Lompat ke isi utama

Berita

Pendidikan Politik Menuju Pemilih Rasional

Oleh: Ahmad Tamimi
(Anggota Bawaslu Kabupaten Indragiri Hilir)

Menurut Azyumardi Azra, sejatinya demokrasi dalam bentuk suksesi itu lebih cocok diterapkan dalam satu masyarakat yang pendidikannya menengah. Karena untuk mencari sosok pemimpin baik butuh modal pengetahuan yang baik pula. Pengetahuan yang baik akan dapat melahirkan pemilih rasional, pemilih rasional yaitu pemilih dalam menentukan sikap politiknya lebih mempertimbangkan faktor kemampuan, baik dari segi kafasitas intelektual maupun kualitas kepemimpinan untuk perubahan.

Sepanjang sejarah berdemokrasi, upaya mencari jalan melahirkan pemilih rasional sungguh menjadi dilema besar bagi bangsa yang beragam ini, karena banyak faktor yang mempengaruhi kenapa seseorang itu akan memilih. Mengutip sumber karya Anthony Downs ddk, bahwa prilaku pemilih lebih ditentukan oleh penilaian terhadap keadaan ekonomi-sosial-politik di tingkat individu (egosentrik) dan tingkat lokal, regional dan nasional (sosiotropik), (dalam Miriam Budiarjo, 2008; 92). Namun secara konkrit setidaknya lebih dipengaruhi oleh faktor sosiologis dan psikologis. Secara sosiologis seorang pemilih lebih menekankan pilihanya pada persoalan struktur sosial seperti umur, tingkat pendidikan, pendapatan, agama bahkan ego suku maupun kedaerahan. Sedangkan faktor psikologis lebih melihat pada persoalan prilaku atau kualitas kpribadian.

Berangkat dari dua faktor di atas, untuk melahirkan pemilih rasional ternyata pendidikan tidak menjadi ukuran tunggal, akan tetapi harus ditopang dengan sikap sadarnya akan hakikat demokrasi dan pembangunan kemanusiaan lewat kekuasaan yang ditentukan oleh cara seseorang memilih pemimpin saat pemilu. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa lahirnya pemilih rasional itu minimal didukung oleh dua modal utama yaitu pengetahuan dan kesadaran. Sebab, berdiri hanya dengan modal pengetahuan akan mengantarkan seseorang lebih menjadi pemilih emosional. Akan tetapi ketika modal pengetahuan itu dibarengi dengan sikap sadar maka akan lahirlah pemilih rasional sebagaimana yang kita harapkan itu.

Bicara pemilu dan pemilih rasional merupakan kebutuhan mendesak untuk lahirnya pemimpin berkualitas. Sekian kali sudah pemilu dilaksanakan wajah demokrasi politik kita belum juga kunjung menampakkan raut yang dewasa. Perhelatan demokrasi politik yang dilakukan terasa hanya sebatas ritual-prosedural, harapannya adalah semakin tua usia demokrasi yang dijalani semakin dewasa pula wajah budaya politik kita (subtansial). Oleh karena itu, setiap perhelatan pesta demokrasi politik harus dijadikan sebagai momentum pendidikan politik secara besar-besaran sebagaimana telah diamanahkan oleh undang-undang tentang Partai Politik bahwa mereka berkewajiban melakukan pendidikan politik.

Kitapun maklum, sesuai dengan paham awal bahwa demokrasi merupakan sebuah proses aktif, artinya untuk membangun demokrasi politik yang baik itu membutuhkan proses. Namun, sebagai warga negara yang cerdas tentu tidak akan rela berlama-lama dengan proses itu. Oleh karenanya, mari kita perkuat keinginan untuk mencari jalan cepat mendewasakan demokrasi politik kita untuk melahirkan pemilih rasional. Hemat saya setidaknya dengan cara; pertama; terus aktifkan komitmen dan kemurniat niat berpolitik yang sebesar-besarnya adalah untuk negara, daerah dan kemanusiaan yang adil dan beradap, kedua; penguatan akhlak berpolitik terhadap kelompok yang beda cara dan pandangan. Ketiga; sebagai politisi, ia adalah calon pemimpin minimal calon tim pimpinan, pelihara ketauladanan kata dan laku dalam keseharian, sebab pemimpin itu bukan preman, penipu, peghibah atau pemarahan.

Keempat; beri keran informasi yang rasional, realistis dan etis kepada masyarakat pemilih tentang sosok dan agenda yang ditawarkan agar tidak melahirkan pemilih sesat pilih. Tentang ini dapat kita ambil pelajaran dari tayangan sebuah iklan bahwa ia boleh menyampaikan kehebatan dan kelebihan produknya, tapi ia tidak pernah mengungkapkan kelemahan atau keburukan produk lain walaupun tampak jelas di mata. Ini pelajaran penting dari prinsip sebuah iklan yang sesungguhnya dapat kita bawa ke ranah politik yang bernilai. Kelima: penguatan pemahaman terhadap aturan pemilu terutama tentang apa yang boleh dan yang tidak. Mari berpuasa sejenak mendidik masyarakat untuk memilih dengan akal sehatnya sesuai dengan apa yang ia pahami dan yakini berdasarkan hasil kerja tim yang mensosialisasikan informasi rasional, realistis dan etis itu tanpa “janji”, isu dan materi.

Berangkat dari dinamika yang berkembang Inilah beberapa tawaran penting untuk sama-sama kita pahami dan jalani secara kompak demi terwujudnya bangunan demokrasi dan tradisi berpolitik yang sehat. Mari sama-sama kita jaga kemurnian keran politik masyarakat, jangan disumbat dengan janji, isu dan materi. Inilah yang menjadi prasyarat lahirnya pemilih rasional itu yang secara otomatis melahirkan pemimpin berkualitas di daerah ini, harapan tersebut akan terbangun tentu terletak pada pondasi Partai, politisi dan tim dengan cara meningkatkan tensi untuk menunda kesenangan sesaat demi pemilu yang berkualitas dan bermartabat.

Tag
BERITA
OPINI