Lompat ke isi utama

Berita

Money Politik; Upaya Membunuh Akal Sehat

Oleh: Ahmad Tamimi
(Anggota Bawaslu Kabupaten Indragiri Hilir)

Calon wakil Rakyat yang dipilih atas dasar uang atau materi jika terpilih
Berpotensi jadi Penjahat Rakyat

Mengurai Masalah

Ada satu hasrat yang mendalam bagi saya saat ini, yaitu ingin mewujudkan pemilu Legislatif yang bersih dan berkualitas. Bersih dalam arti tidak mencari kekuasaan dengan cara menebar janji dan materi dalam bentuk apapun karena akan dapat melahirkan pemilih yang irrasional, sedangkan maksud dari berkualitas adalah bagaimana proses Pemilu yang kita lakukan hari ini dapat melahirkan wakil rakyat yang benar-benar bagus sikap dan pengetahuannya sehingga mampu menjalankan fungsinya di meja DPR kelak untuk rakyat.

Namun, ada persoalan sedang terjadi di sekeliling kita saat ini yaitu maraknya para Caleg melakukan praktek bagi-bagi bantuan untuk mencari dukungan yang prilaku demikian jelas-jelas telah diharamkan undang-undang. Melihat kenyataan ini muncul satu pertanyaan mendasar; apakah para Caleg yang dipilih oleh partai tidak dididik, atau memang prilaku ini sudah dipandang biasa, buktinya sampai saat ini belum kita dengar suara lantang partai yang menyatakan secara tegas sikap anti money politiknya. Ataukah hanya ini satu-satunya strategi haram yang dipilih untuk meraih kekuasaan di karenakan miskinnya popularitas dan elektabilitas kader dan partai.

Dampak Politik Uang

Kalau kita bicara akibat money politik, Prilaku ini bukan hanya dapat merusak bangunan demokrasi tapi juga suatu sikap yang berusaha membunuh akal sehat secara besar-besaran. Jika materi yang menjadi tolak ukur dominan saya khawatiran sistem demokrasi yang kita anut berubah menjadi kekuasaan oligarki, karena para pemodal yang menguasai pasar punya peluang besar menitipkan tangannya di meja Dewan. Akhirmya negeri ini akan dikuasai oleh sekelompok orang memiliki modal sedangkan kepentingan rakyat hanya basah dibibir dan kering di alam nyata. Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah orang bodoh dan penjahatpun punya peluang besar untuk duduk dimeja Dewan menjadi wakil dari ribuan orang baik.

Wakil rakyat baik saja belum tentu bisa bekerja untuk rakyat secara baik, apalagi wakil rakyat yang tidak baik.Untuk itu yang tak kalah penting dari momen pemilu kali ini adalah gerakan mendewasakan demokrasi, sedangkan pelakunya adalah penyelenggara dan peserta yaitu bagaimana hari ini bersama-sama melakukan pendidikan politik terhadap masyarakat agar benar-benar memahami makna pemilu sesungguhnya.Kini mereka memandang pemilu adalah suatu ajang memimta-minta, sehingga bagi yang tidak mampu memberi tidak dipilih. Persepsi seperti ini jelas merusak masa depan kita jika tidak segera dirubah. Oleh karenanya pada kesempatan ini mari penyelenggara dan peserta pemilu bersama-sama kita berjalan sejalan menurut selera undang-undang dan peraturan agar visi pemilu bersih dan berkualitas dapat segera terwujudkan.

Pemilu: Mendidik Masyarakat

Hari ini bangsa kita telah sepakat menganut sistem demokrasi, adapun yang paling khas dalam demokrasi itu adalah kebebasan, sebenarnya kebebasan yang dimaksudkan oleh konsep yaitu kebebasan beraturan, sehingga bila demokrasi yang syarat dengan hasrat kebebasan bila tanpa dibingkai dengan sebuah aturan maka akan berbalik arah menjadi Negara yang mobokrasi hingga ke oligarki.

Ini jugalah yang diharapkan pada momen pemilu kali ini, bagaimana semua partai dan caleg secara bersama-sama mengambil peran mendewasakan demokrasi agar berjalan sesuai denga fitrahnya yaitu melalui upaya mendidik masyarakat sebagaimana yang telah diamanahkan dalam Pasal 447 undang-undang nomorn 7 tahun 2017, sehingga kedepan pemilih irrasional dan emosional menjadi pemilih yang rasional. Gerakan ini tentu dipandang perlu, sebab jika tidak, pentas pemilu yang menelan biaya cukup besar tidak akan mampu menghasilkan wakil rakyat yang berkualitas yaitu benar-benar mampu mengemban amanah rakyat. Inilah visi Indonesia maju dan sejahtera melalui gerakan pemilu raya yang beraturan dan beretika.

Tag
BERITA
OPINI